Saturday, April 7, 2012

Politik Balas Budi

Kata orang, biaya politik di negeri ini amat sangat mahal sekali. Untuk mendapatkan kursi jabatan yang diinginkan dalam pemerintahan, birokrar dan posisi strategis di lembaga partai politik, seorang bakal calon harus menyiapkan segepok uang cash money dalam jumlah X rupiah yang besarannya tergantung situasi dan kondisi. Selain itu seorang bakal calon pemimpin harus berani tebar pesona dan janji manis ini itu untuk mendapatkan dukungan massa pemilih.

Biaya real yang bisa dilihat dan dihitung dengan kalkulator mesin penghitung masih harus ditambah biaya siluman yang maya tapi nyata. Antara ada dan tiada, sejumlah rupiah juga harus disediakan sebagai sesaji atas kenaikan pangkat dan jabatan strategis.

Akibat dari sistem politik high cost ini tentu saja berlaku hukum ekonomi. Ketika saya mengeluarkan uang sekian maka saya harus berhitung masa jatuh tempo pelunasan dan untung laba sekian prosen dari nilainya. Saya tentu saja tidak mau kalau hanya impas balik modal karena saya harus menguras harta benda, waktu dan pikiran ketika saya terlibat dalam sebuah proses politik.

Bagaimana cara cepat balik modal dan mendapat laba dalam bisnis politik? Itu pertanyaan yang harus segera mendapat jawaban ketika pergerakan politik begitu cepat mengalami perubahan. Tidak ada yang bisa dan berani menjamin bahwa seorang pemimpin akan aman, damai, sentosa dan sejahtera sampai akhir masa jabatan. Artinya ya semua berpacu cepat dengan waktu dan saling bersiap menghadapi semua pergolakan politik yang bisa menurunkan si pemimpin baik dalam proses kudeta  maupun sidang istimewa yang berkekuatan hukum positrif dan resmi.

Semua orang saling terkait dengan alasan kepentingan sehingga melahirkan jargon 'POLITIK BALAS BUDI'. Setiap orang saling melindungi kepentingan pribadinya dan disesuaikan dengan kepentingan tetangga sebelah agar tidak saling mengganggu dan terganggu sehingga EVERYBODY HAPPY. Semua bisa aman terkendali. Ya, inilah konsep pokok dari POLITIK BALAS BUDI.

SIAPA YANG AKAN MELINDUNGI SIAPA? ... ENTAHLAH!

No comments:

Post a Comment

Disclaimer:

This is a personal web site. Statements on this site do not represent the views or policies of my company.